Sunday, July 15, 2012

Pemahaman tentang Jurnalistik

0 comments

Kata jurnalistik mungkin kurang akrab di telinga kita namun menyimak berita di TV, membaca kabar di koran, majalah maupun sumber berita lainnya adalah hasil dari proses jurnalistik. Secara harafiyah, jurnalistik (journalistic) merupakan kewartawanan atau kepenulisan, sedangkan orang yang melakukan kegiatan jurnalistik dikenal dengan wartawan (journalis). Jurnal (Journal) artinya laporan. Asal mulanya Jurnalistik berasal dari bahasa Yunani Kuno, “do jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang di beritakan dalam lembaran tercetak.

Bila kita memandangnya atas dasar konsep maka jurnalistik dapat di pahami dari 3 sudut pandang yaitu sebagai proses, teknik, dan ilmu. Mengacu sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa, seperti wartawan (journalis). Mengacu sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian (expertise) atau keterampilan (skill) menulis karya jurnalistik (artikel, berita, feature), termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti wawancara dan peliputan peristiwa (reportase). Mengacu sebagai ilmu, jusnalistik adalah studi mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiranm ide) melalui media massa.

Seorang wartawan (journalis) harus berkemampuan dalam membuat sebuah berita dan mampu memahami ragam istilah dalam pemberitaan. Salah satu istilah yang peka di telinga wartawan (journalis) yaitu straight news atau berita langsung. Menurut Kris Budiman "straight news" yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas sering disebut sebagai berita keras (hard news). Sementara "straight news" tentang hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dsb masuk pada kategori berita ringan atau lunak (soft news). Di samping itu, dikenal juga jenis berita yang dinamakan "feature" atau berita kisah. Tipe ini lebih bersifat naratif, berkisah tentang aspek-aspek insani (human interest). Sebuah "feature" tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan faktualitas. Ada lagi yang dinamakan berita investigatif (Investigative news), berupa hasil penelitian seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya.

Dalam praktek jurnalistik, bagian yang paling diupayakan oleh seorang wartawan (journalis) adalah membuat pembaca mengerti dari berita yang ditulisnya. Hal itu merupakan garis besar untuk nilai berita yang bagus. Merujuk dari pendapat Kris Budiman, terdapat beberapa point yang mengakat nilai suatu berita, yaitu mencakup
  1. Kejelasan tujuan: berdasarkan fakta dan tidak memihak. Sikap wartawan harus netral dalam memberitakan bukan memperjuangkan kepentingan seseorang atau suatu kelompok.
  2. Aktual: terbaru atau belum "basi".
  3. Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum. Masyarakat pada umumnya tertarik pada pemberitaan yang luar biasa
  4. Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak, menyangkut orang penting / terkenal. Pemberitaan seperti ini tentunya akan banyak yang membaca karena berita menyangkut seorang tokoh publik
  5. Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis). 
Tidak ketinggalan, fakta adalah bahasa wartawan. Sebuah berita harus mengambil fakta yang di dalamnya terkandung unsur 5W + 1H. Hal ini sejalan dengan pemikiran Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2 0 0 6: 38).
  • Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
  • What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
  • Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
  • Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
  • When - kapan terjadinya?
  • How - bagaimana terjadinya?
Unsur terbut membuat isi berita menjadi runtut dan memudahkan cara berpikir bagi pembaca. Tidak hanya pembaca, bagi seorang jurnalis unsur 5W + 1H adalah konsep menulis yang efektif dan efisien dalam pemberitaan. Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2 0 0 5: 67) berikut ini yaitu
  • Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
  • Proses wawancara.
  • Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
  • Partisipasi dalam peristiwa.
Bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok dan surat pembaca. Kembali pada definisi journalistic yang berarti kepenulisan, maka seorang  wartawan (journalis) tidak hanya lihai dalam membuat berita namun telaten dalam membuat artikel bersudut pada opininya. Yang membedakan berita dengan artikel opini yaitu, pada “berita” wartawan (journalist) mengangkat fakta tanpa deskripsi berdasarkan penilaiannya, namun artikel opini seperti kolom, tajuk rencana, pojok, dan surat pembaca bisa di deskripsikan dengan pendapatnya (opini) pada peristiwa yang dikabarkan.

Sekian tulisan tentang jurnalistik, mungkin khazanah penulisan ini akan berlanjut saya bagikan tentang pengalaman pertama saya dalam praktek jurnalis, insyaallah. Artikel dibawah merupakan konsep yang saya pakai dan kaji saat memulai debut sebagai seorang jurnalis.
-PUBLICinspire-

0 comments :

Post a Comment

Satu komentar anda akan di baca oleh banyak orang,dan dua komentar anda akan lebih banyak di baca pula. silahkan berkomentar