Monday, April 16, 2012

tenaga dalam

0 comments
Mempelajari tenaga dalam merupakan hal yang ekstrim bagi sebagian dari anda. Dan kali ini saya bukan mau menyampaikan pelajaran itu apalagi mengajak anda untuk bergabung mendirikan padepokan hahahaha, bukan! Namun mari kita menilik sejarah, bagaimana awal dari tenaga dalam.

Berdasarkan etimologis tenaga dalam berasal dari kata latin yaitu Krachtologi, KRACHTOS artinya tenaga dan LOGOS yang berarti ilmu. Krachtologi sudah di kenal pada tahun 4000 SM, oleh orang-orang Mesir Kuno. Dalam sebuah buku Papyrus "Yedimesish Ontologia" yang sudah disalin dalam bahasa Gri Kuno, menceritakan, bila otot bahu digerakkan akan mengeluarkan tenaga aneh sehingga dapat merobohkan orang yang sedang marah (diktat Ameta, Krachtologi 23).

Krachtologi lanjut berkembang ke Babylon, Yunani, Romawi dan Persia. Di Persia tenaga semacam ini dinamakan Dacht. Dalam Dahtayana disebutkan bahwa pada suku Bukht dan Persia, terkenal ilmu perang DAHTUZ, kemampuan merobohkan musuh dari jarak jauh. Kaum bangsawan Persia dilatih dengan sejenis senam waktu dinihari untuk memiliki tenaga Daht itu. (Kracht 23). Dikatakannya pula bahwa orang-orang Badwi mempunyai Daht pada matanya bila musuh akan menyerangnya tiba-tiba musuh itu roboh. Orang  Badwi bisa memiliki kekuatan mata seperti itu disebabkan tanpa disadari mereka selalu melatih matanya dengan melihat jauh, memandang padang pasir nan luas membentang.

Di Asia orang-orang Cina, Tartar, Patan, Moghul, mengenal beberapa silat yang dapat merobohkan orang dari jauh. Silat Moghul yang terkenal diantaranya SHURULKHAN, artinya tipuan licik untuk raja-raja, berbentuk silat dua belas jurus dari Taymour Lateph Baber (1460-1520). Kekuatan itu kebanyakan di miliki oleh para kepala suku dari orang Moghul islam karena hanya mereka yang boleh belajar itu. Bukbisj Ismeth Bey murid Lateph Baber dapat memukul dengan toya sejauh satu mil. Bukbisj belajar Shurulkhan dari Baber selama 20 tahun. Dengan pisau jarinya ia dapat mengeluarkan usus lawan dari jarak satu tombak. Kawannya melihat ia belajar jurus sejak dini hari sampai matahari naik, dengan diselingi shalat shubuh. Taymour dan Bukbisj terkenal sebagai orang yang fanatik madzhab Hambali dan sangat anti kepada orang sufi dan tan (Kracht 24).

Di Cina terkenal beberapa macam silat yang mempergunakan Kracht, diantaranya Gin Kang (ilmu meringankan tubuh) yang dapat dipergunakan melompat jauh, loncat tinggi dan berjalan diatas air. Kwie Kang dan Wie Kang hampir bersamaan, perbedaanya hanya pada jurus pertama. Kwie Kang dengan jurus tinju dan Wie Kang dengan jurus terbuka. Wie Kang yang disebut jurus sepuluh, tersebar sampai Campa, Vietnam, Malaya, dan Indonesia. Di Indonesia, kreasi tenaga dalam bentuk silat tersebar menjadi beberapa aliran, diantaranya silat Timpung dari Jawa Timur silat Mandar dari Sulawesi, silat Nampon dari Jawa Barat, dan sebagainya. Shurulkhan pun masuk ke Indonesia dan pembawanya ialah orang-orang Cina Islam. Diantaranya orang Indonesia pertama yang belajar Shurulkhan ialah Tuanku Rao. Orang-orang Cina Islam menamakan silat itu Tou Yu Kang.
-PUBLICinspire-

0 comments :

Post a Comment

Satu komentar anda akan di baca oleh banyak orang,dan dua komentar anda akan lebih banyak di baca pula. silahkan berkomentar