Kata jurnalistik
mungkin kurang akrab di telinga kita namun menyimak berita di TV, membaca kabar
di koran, majalah maupun sumber berita lainnya adalah hasil dari proses
jurnalistik. Secara harafiyah, jurnalistik (journalistic) merupakan
kewartawanan atau kepenulisan, sedangkan orang yang melakukan kegiatan
jurnalistik dikenal dengan wartawan (journalis). Jurnal (Journal) artinya
laporan. Asal mulanya Jurnalistik berasal dari bahasa Yunani Kuno, “do jour”
yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang di beritakan dalam lembaran
tercetak.
Bila kita memandangnya
atas dasar konsep maka jurnalistik dapat di pahami dari 3 sudut pandang yaitu
sebagai proses, teknik, dan ilmu. Mengacu sebagai proses, jurnalistik adalah
aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada
publik melalui media massa, seperti wartawan (journalis). Mengacu sebagai
teknik, jurnalistik adalah keahlian (expertise) atau keterampilan (skill)
menulis karya jurnalistik (artikel, berita, feature), termasuk keahlian dalam
pengumpulan bahan penulisan seperti wawancara dan peliputan peristiwa
(reportase). Mengacu sebagai ilmu, jusnalistik adalah studi mengenai pembuatan
dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiranm ide) melalui media
massa.
Seorang wartawan (journalis)
harus berkemampuan dalam membuat sebuah berita dan mampu memahami ragam istilah
dalam pemberitaan. Salah satu istilah yang peka di telinga wartawan (journalis)
yaitu straight news atau berita langsung. Menurut Kris Budiman "straight
news" yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan
kriminalitas sering disebut sebagai berita keras (hard news). Sementara
"straight news" tentang hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan,
hobi, elektronika, dsb masuk pada kategori berita ringan atau lunak (soft
news). Di samping itu, dikenal juga jenis berita yang dinamakan
"feature" atau berita kisah. Tipe ini lebih bersifat naratif,
berkisah tentang aspek-aspek insani (human interest). Sebuah
"feature" tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan
faktualitas. Ada lagi yang dinamakan berita investigatif (Investigative news),
berupa hasil penelitian seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan
mendalam dalam pelaporannya.
Dalam praktek
jurnalistik, bagian yang paling diupayakan oleh seorang wartawan (journalis) adalah
membuat pembaca mengerti dari berita yang ditulisnya. Hal itu merupakan garis
besar untuk nilai berita yang bagus. Merujuk dari pendapat Kris Budiman,
terdapat beberapa point yang mengakat nilai suatu berita, yaitu mencakup
- Kejelasan tujuan: berdasarkan fakta dan tidak memihak. Sikap wartawan harus netral dalam memberitakan bukan memperjuangkan kepentingan seseorang atau suatu kelompok.
- Aktual: terbaru atau belum "basi".
- Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum. Masyarakat pada umumnya tertarik pada pemberitaan yang luar biasa
- Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak, menyangkut orang penting / terkenal. Pemberitaan seperti ini tentunya akan banyak yang membaca karena berita menyangkut seorang tokoh publik
- Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
Tidak ketinggalan,
fakta adalah bahasa wartawan. Sebuah berita harus mengambil fakta yang di
dalamnya terkandung unsur 5W + 1H. Hal ini sejalan dengan pemikiran Lasswell,
salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2 0 0 6: 38).
- Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
- What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
- Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
- Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
- When - kapan terjadinya?
- How - bagaimana terjadinya?
Unsur terbut membuat
isi berita menjadi runtut dan memudahkan cara berpikir bagi pembaca. Tidak
hanya pembaca, bagi seorang jurnalis unsur 5W + 1H adalah konsep menulis yang
efektif dan efisien dalam pemberitaan. Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2 0 0 5: 67) berikut ini yaitu
- Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
- Proses wawancara.
- Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
- Partisipasi dalam peristiwa.
Bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok dan surat pembaca. Kembali pada definisi
journalistic yang berarti kepenulisan, maka seorang wartawan (journalis) tidak hanya lihai dalam
membuat berita namun telaten dalam membuat artikel bersudut pada opininya. Yang
membedakan berita dengan artikel opini yaitu, pada “berita” wartawan
(journalist) mengangkat fakta tanpa deskripsi berdasarkan penilaiannya, namun
artikel opini seperti kolom, tajuk rencana, pojok, dan surat pembaca bisa di
deskripsikan dengan pendapatnya (opini) pada peristiwa yang dikabarkan.
Sekian tulisan tentang
jurnalistik, mungkin khazanah penulisan ini akan berlanjut saya bagikan tentang
pengalaman pertama saya dalam praktek jurnalis, insyaallah. Artikel dibawah
merupakan konsep yang saya pakai dan kaji saat memulai debut sebagai seorang
jurnalis.
-PUBLICinspire-
0 comments :
Post a Comment
Satu komentar anda akan di baca oleh banyak orang,dan dua komentar anda akan lebih banyak di baca pula. silahkan berkomentar