You can see what pitcures i had drawn. yaitu GAMBAR BATIK. Bagus? hmm mungkin cukup bagus untuk pemanasan pertama. Ini adalah project kecil untuk tugas kesenian, butuh waktu 2 sampai 3 hari yang mengharuskan saya melukis motif batik sebagus dan semenarik mungkin. Sedikit berbagi, untuk sketsa motif yang saya buat tidaklah menyulitkan dan membutuhkan waktu yang lama, hanya saja dalam pewarnaan cukup sulit, karena permainan gradasi warna begitu saya perhatikan. Alhasil bisa anda nilai sendiri. lets creative on your field fella.
- What're you feeling right now
- Faith of my heart
- Featured Post 3 with Small Thumbnail
- Featured Post 4 with Small Thumbnail
?? quest why
complex.. Name's... More
Faith of my heart
Saya merasa senang penyanyi Russel Watson sedari dulu telah menggambarkan all the things... More
Title Featured Post 3
Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros... More
Title Featured Post 4
Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam... More
Tuesday, December 11, 2012
Monday, December 10, 2012
Pola Paragraf Induktif/Deduktif dan Unsur - unsur Puisi
A. PENGERTIAN POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
Pola pengembangan paragraf (penalaran) adalah pemikiran
untuk memperoleh kesimpulan atau pendapat yang logis berdasarkan data yang
relevan. Dengan kata lain penalaran adalah proses penafsiran data sebagai dasar
untuk menarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan prosesnya, penalaran terdiri atas induksi dan
deduksi. Yang termasuk penalaran induksi adalah generalisasi, analogi, dan
sebab akibat, sedangkan yang termasuk penalaran deduksi adalah silogisme dan
entimem.
Generalisasi
adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual
untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup fenomena
tadi. Pada generalisasi, peristiwa yang dikemukakan harus memadai agar dapat
ditarik kesimpulan yang terpercaya kebenarannya.
Bagan dan
contoh
Contoh:
Saya melihat orang
oran gasyik membaca koran di halte bus. Kegiatan serupa juga saya jumpai di
peron stasiun kereta api. Saat saya jalan – jalan di taman hal yang sama juga
saya lihat orang duduk bersantai sambil membaca koran. Bahkan, ketika saya
keluar ruang dan samapai di trotoar, saya melihat berderet anak sekolah, kaula
muda, dan orang dewasa semua sedang membaca. Jadi, banyak orang yang
memanfaatkan waktu untuk mebaca.
2. Analogi
2. Analogi
Dalam analogi, dua macam hal
diperbandingkan dengan hanya memperhatikan persamaannya, tanpa memperhatikan
perbedaannya. Jadi kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan diantara
dua hal yang berbeda.
Contoh:
Seorang bayi
dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih. bayi akan dibentuk pribadinya
sesuai dengan didikan yangg diterimanya seperti kertas dapat diiisi dengan
berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bila bayi di didik dengan baik
maka akan seperti kertas yang terisi dengan hal-hal yang bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya. Jadi, membentuk kepribadiaan baik seorang anak ibarat
menulisi kertas putih dengan hal-hal yang bermanfaat.
3. Sebab akibat
3. Sebab akibat
bertolak dari peristiwa yang
dianggap sebagai sebab yang diketahui kemudian bergerak menuju satu kesimpulab
sebagai akibat yang terdekat.
Contoh :
(1) sepuluh tahun yang
lalu hutan bakau dibabat habis-habisan.(2)lahan bekas hutan bakau itu disulap
menjadi tambak-tambak udang windu.(3)memang, pada waktu itu pengusaha udang itu
memperoleh keuntungan besar karena harganya sangat mahal diluar negeri.(4)akan
tetapi, setelah barang dagangan itu tidak laku dipasaran internasional, para
pengusaha kembali ke kota, meninggalkan kerusakan lingkungan.(5)laut tercemar
karena hutan bakau yang menyaring limbah yang masuk kelaut tidak ada lagi.(6)sekarang
, puluhan ribu nelayan sulit meghidupi keluarganya karena tak ada ikan yang
dapat ditangkap ditepi pantai.
C. POLA PARAGRAF DEDUKTIF
C. POLA PARAGRAF DEDUKTIF
proses
penalaran deduksi berusaha menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum
1. Silogisme
PREMIS UMUM A=”Setiap pemimpin yang baik”B=”selalu memerhatikan kesejahteraan anak buahnya.”
PREMIS KHUSUS C=”Rahadian”A=“pemimpin yang baik.”
SIMPULAN C=”Rahadian” B=“selalu memerhatikan kesejahteraan anak buahnya.”
1. Silogisme
PREMIS UMUM A=”Setiap pemimpin yang baik”B=”selalu memerhatikan kesejahteraan anak buahnya.”
PREMIS KHUSUS C=”Rahadian”A=“pemimpin yang baik.”
SIMPULAN C=”Rahadian” B=“selalu memerhatikan kesejahteraan anak buahnya.”
Rumusnya
PU= A+B
PK= C+A
S = C+B
2. Entimen
2. Entimen
Rumusnya: S (C+B) karena PK (C+A)
maka, Entimem dari silogisme di atas adalah:
C= “Rahadia”
B= “selalu memerhatikan
kesejahteraan anak buahnya karena” C=
ia A=“pemimpin yang
baik”
D. UNSUR – UNSUR PUISI
1. TEMA PUISI
D. UNSUR – UNSUR PUISI
1. TEMA PUISI
Tema adalah sesuatu yang menjiwai
puisi tersebut atau suatu pokok yang ingin disampaikan oleh penyair. Perhatikan
sepenggal puisi karya Armyn Pane berikut:
KEMBANG SETENGAH JALAN
Mejaku hendak dihiasi
Kembang jauh dari gunung
Kau petik sekarang kembang
Jauh jalan panas hari
Bunga layu setengah jalan
Setelah membaca puisi tersebut dengan baik dapat kita ambil kesimpulan bahwa temanya adalah sesuatu yang tak sampai (kasih tak sampai atau cinta bertepuk sebelah tangan).
2. AMANAT
Amanat adalah pesan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembacanya. Perhatikan sepenggal puisi karya
Waluyati berikut.
SIAPA?
Tersebar engkau, kamu sengsara
Duduk meratap di seluruh kota
Dan suara tangisku membumbung, memilukan hati
Berdasarkan puisi tersebut kita dapat menangkap pesan
penyair bahwa sebaiknya kita mengasihi kaum dhuafa (orang – orang miskin).
3. DIKSI
3. DIKSI
Diksi adalah pilihan kata yang
diusahakan oleh penyair secermat dan seteliti mungkin. Perhatikan penggalan
puisi karya Chairil Anwar berikut.
DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut
nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Pilihan kata mengingat Kau penuh seluruh merupakan diksi yang sangat tepat untuk menggambarkan kesempurnaan Tuhan.
4. PENCITRAAN
Pencitraan merupakan pilihan kata
yang digunakan oleh penyait untuk dapat menggugah daya imajinasi kita sehingga
kita melihat, mendengarkan, merasakan secara fantasi (imaji). Perhatikan
sepenggal puisi karya Amir Hamzah berikut.
BERDIRI AKU
Berdiri aku di senja
senyap
Camar melayang menepis
buih
Melayah bakau mengurai
puncak
Menjulang datang ubur
berkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengepas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Imajinasi kita sungguh tergugah oleh puisi tersebut. Kita seakan – akan bisa menyaksikan sendiri bagaimana hembusan angin menerpa tubuh kita dan suasana laut pada waktu senja.
5. RIMA/BUNYI
Rima adalah persamaan bunyi yang
menyebabkan puisi tersebut indah ketika dibaca
6. GAYA BAHASA
6. GAYA BAHASA
Gaya bahasa adalah cara yang
digunakan penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imajinasi pembaca dengan
menggunakan majas
1. Majas perumpamaan/simile. kedua orang itu seperti pinang dibelah dua
2. Majas metafora. pemuda adalah harapan bangsa
3. Majas personafikasi. ombak menerjang batu karang dengan kerasnya
4. Majas alegori. mereka mengarungi lautan kehidupan dengan bahtera rumah
5. Majas Pleonasme. barisan itu melangkah maju ke depan
6. Majas hiperbola. suaranya menggelegar membelah angkasa
7. Majas Tautologi. kehidupannya amat sangat miskin
8. Majas perifaris. sebelum matahari terbit dia sudah berangkat ke kantor
9. Majas litotes. apakah yang kau harapkan dari aku yang hina ini
10. Majas paradoks. dia merasa kesepian di tengah kota yang ramai ini
11. Majas klimaks. jangankan sepuluh ribu, seratus ribu, sejuta pun akan kuberikan padamu untuk biaya sekolahmu
12. Majas antiklimaks. jangankan sepuluh ribu, seratus ribu, seribu pun aku tak punya
13. Majas metonimia. kami sekeluarga mudik ke kampung halaman dengan naik kijang
14. Majas sinekdoke
- Pars pro toto. Ibu membeli seekor ayam untuk lauk pauk
- Totem pro parte. Indonesia gagal meraih piala sudirman
15. Majas alusio. peristiwa tanjung priok itu membuat trauma masyarakat
16. Majas Eufimisme. saya meminta izin ke kamar kecil sebentar, Bu
17. Majas Paralelisme
- Anafora. Sunyi itu duka Sunyi itu kudus Sunyi itu lupa
- Epifora. beta pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut
18. Majas repitisi. Bukan, bukan aku yang menyembunyikan bukunya
19. Majas tropen. Hari ini ayah saya terbang dari Surabaya
20. Majas kontrakdisio interminis. Seluruh siswa sudah mengerjakan tugasnya kecuali si Fulan
1. Majas perumpamaan/simile. kedua orang itu seperti pinang dibelah dua
2. Majas metafora. pemuda adalah harapan bangsa
3. Majas personafikasi. ombak menerjang batu karang dengan kerasnya
4. Majas alegori. mereka mengarungi lautan kehidupan dengan bahtera rumah
5. Majas Pleonasme. barisan itu melangkah maju ke depan
6. Majas hiperbola. suaranya menggelegar membelah angkasa
7. Majas Tautologi. kehidupannya amat sangat miskin
8. Majas perifaris. sebelum matahari terbit dia sudah berangkat ke kantor
9. Majas litotes. apakah yang kau harapkan dari aku yang hina ini
10. Majas paradoks. dia merasa kesepian di tengah kota yang ramai ini
11. Majas klimaks. jangankan sepuluh ribu, seratus ribu, sejuta pun akan kuberikan padamu untuk biaya sekolahmu
12. Majas antiklimaks. jangankan sepuluh ribu, seratus ribu, seribu pun aku tak punya
13. Majas metonimia. kami sekeluarga mudik ke kampung halaman dengan naik kijang
14. Majas sinekdoke
- Pars pro toto. Ibu membeli seekor ayam untuk lauk pauk
- Totem pro parte. Indonesia gagal meraih piala sudirman
15. Majas alusio. peristiwa tanjung priok itu membuat trauma masyarakat
16. Majas Eufimisme. saya meminta izin ke kamar kecil sebentar, Bu
17. Majas Paralelisme
- Anafora. Sunyi itu duka Sunyi itu kudus Sunyi itu lupa
- Epifora. beta pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut
18. Majas repitisi. Bukan, bukan aku yang menyembunyikan bukunya
19. Majas tropen. Hari ini ayah saya terbang dari Surabaya
20. Majas kontrakdisio interminis. Seluruh siswa sudah mengerjakan tugasnya kecuali si Fulan
PEREMPUAN
PEREMPUAN PERKASA
Oleh Hartoyo Andangjaya
Perempuan- perempuan
yang membawa bakul di pagi buta
Dari manakah mereka
Ke stasiun mereka
datang dari bukit – bukit
Sebelum peluit kereta pagi terjaga (1)
Sebelum haru bermula
dalam pesta kerja (2)
Perempuan- perempuan
membawa bakul dalam kereta
Kemanakah mereka
Di atas roda – roda baja (3) mereka berkendara
Mereka berlomba dengan
surya menuju gerbang kita
Mereka hidup di
pasar-pasar kota
Perempuan- perempuan
yang membawa bakul di pagi buta
Siapakah mereka
Mereka itulah ibu – ibu yang perkasa (4)
Akar – akar (5) yang
melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka cinta kasih
yang bergerak menghidupi desa demi desa
Penjelasan
(1)Majas personafikasi
(2) majas hiperbola
(3) majas metafora
(4) majas hiperbola
(5) majas metafora
Dari puisi di atas diketahui
a. Tema
puisi Kegigihan wanita desa dalam mencari nafkah.
b. Pencitraan
puisi Pengungkapan dalam puisi yang acuannya bersifat indrawi, seperti perasa,
penglihatan, penciuman, pendengaran, dan gerakan.
E. JENIS – JENIS PUISI
1. PUISI LAMA
Syair yang berciri-ciri
• Tiap bait 4 baris
• Tiap baris 9 – 12 suku kata
• Bersajak a a a a
• Dari sastra Arab
Contoh
Sekalian bintang
sudahlah pasti
Bulannya juga memutus
hati
Boleh lama pungguk
menanti
Habislah bulan tahun
berganti
Pantun yang berciri-ciri
• Tiap bait 4 baris
• Tiap baris 9 – 12 suku kata
• Bersajak abab
• Baris 1&2 sampiran, baris
3&4 isi
• Asli Indonesia
Contoh
Air dalam bertambah
dalam
Hujan di hulu belum
lagi teduh
Hati dendam bertambah
dendam
Dendam dahulu belum
lagi sembuh
2. PUISI BARU
Syair yang berciri - ciri :
• Tiap bait 2 baris
• Tiap baris 9 – 12 suku kata
• Bersajak ab
• Baris 1 sampiran baris 2 isi
• Berupa sindiran, ejekan, atau
cemoohan
Contoh
1 Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan binasa
2 Dahulu Loyang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci
Pantun
• Tiap bait 2 baris
• Tiap baris 9 – 12 suku kata
• Bersajak a a
• Baris 1 sebab baris 2 akibat
• Berupa nasihat
Contoh
1 Kepada orang tua hendaklah hormat
Agar selamat dunia akhirat
2 Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)